Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menegaskan penggunaan galon guna ulang berbahan polikarbonat aman untuk air minum, dan memenuhi standar SNI.
Dijelaskannya, galon-galon tersebut telah melalui serangkaian uji kecocokan pangan dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
“Semua produk kemasan yang telah terstandar SNI memiliki level toleransi yang aman terhadap cemaran, termasuk galon guna ulang. Ini artinya tidak ada risiko terhadap kesehatan, termasuk bagi ibu hamil dan janin,” jelas Hermawan Saputra di Jakarta, dikutip dari infopublik.id, Rabu (4/9/2024).
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas kampanye hitam yang menuduh galon guna ulang terkontaminasi senyawa BPA (Bisphenol A) yang berbahaya.
Hermawan menegaskan, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa BPA dalam galon dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama bagi janin dan anak-anak.
Menurutnya, lembaga akreditasi mutu telah melakukan penelitian mendalam dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon polikarbonat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dalam galon masih dalam batas aman dan tidak membahayakan konsumen.
“Galon yang sudah bersertifikasi SNI berarti telah melewati tahap uji klinis, dan penelitian berbasis bukti yang membandingkan hasil produksi dengan standar yang ada,” tambah Hermawan.
Perbedaan Penelitian BPA dan Galon Guna Ulang, Hermawan juga menyoroti perbedaan antara penelitian dampak BPA pada kesehatan, dan riset tentang standarisasi kemasan pangan.
Ditegaskannya tidak relevan untuk menyandingkan penelitian BPA yang dilakukan pada hewan percobaan, dengan dampak BPA pada manusia.
Sementara Dokter Spesialis Kandungan, Alamsyah Aziz turut memperkuat pernyataan itu.
Ia menjelaskan paparan BPA dalam galon polikarbonat masih sangat kecil dan aman digunakan.
“Belum ada penelitian yang membuktikan BPA dalam galon berpengaruh pada ibu hamil atau janin,” jelas Alamsyah.
Ia mengimbau ibu hamil untuk lebih fokus pada asupan gizi yang mendukung kesehatan kandungan, daripada khawatir tentang penggunaan galon guna ulang.
Sementara itu, Pakar Teknologi Plastik, Wiyu Wahono menekankan hasil penelitian tentang dampak BPA yang dilakukan pada hewan percobaan tidak relevan untuk diterapkan pada manusia.
Dinyatakannya banyak negara di Eropa juga tidak mengatur penggunaan BPA, kecuali pada botol bayi.
“Jika ada dampak kesehatan pada hewan percobaan, hal itu tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai dampak yang sama pada manusia,” tutup Wiyu.
