Warga Desa Sungai Sipai RT.19 Kecamatan Martapura, digegerkan dengan adanya angin berputar yang menerbangkan bahan bangunan, yang terjadi pada Kamis sekitar pukul 2 siang.
Salah satu warga Desa Sungai Sipai RT.19 Rahmadi, mengaku panik melihat banyaknya bahan bangunan yakni atap seng yang terbang.
“Saya sedang di teras rumah, seketika mendengar suara seperti orang menumpahkan batu dari truk, namun tidak ada stop, setelah dilihat keatas banyak atap seng yang terbang,” jelasnya.
Selain mengira orang menumpahkan batu dari truk, Rahmadi juga mengira ada pesawat jatuh, karena suara semakin dekat semakin keras.
“Suara makin lama makin kencang, seperti berada disamping truk menumpahkan batu,” ujarnya.
Diakui Rahmadi, selain atap seng yang terbang, bahan bangunan lainnya seperti papan fiber semen juga terbang.
Dilanjutkan Rahmadi, peristiwa berlalu begitu saja, namun diakuinya angin yang membawa terbang bahan bangunan, sempat berputar di belakang rumahnya sekitar lima menit.
“Anginnya berputar membawa bahan bangunan tidak jauh diatas rumah, terlihat sangat nampak,” jelasnya.
Dirinya bersyukur angin tidak sampai ke bawah, hanya kencang diatas saja, dan setelah dekat dengan rumahnya angin seketika cepat berlalu.
“Anginnya cukup lama di atas rumah belakang, namun cepat berlalu ke arah perumahan seribu,” kiranya.

Peristiwa ini juga dilihat warga Desa Sungai Sipai lainnya Ardi.
Ardi menjelaskan peristiwa angin berputar tersebut berasal dari Kota Martapura, hingga Desa Sungai Sipai.
“Kejadiannya di Kota Martapura dan sekitarnya, penyebab saya tidak tau,” singkat Ardi.
Ardi melanjutkan, dirinya kala itu sedang di Kota Martapura pada pukul 1 siang dan sudah melihat peristiwa tersebut, dimana angin mengarah ke Desa Sungai Sipai.
“Saya lihat ketika di Kota Martapura pada pukul 1 siang yang mengarah ke Desa Sungai Sipai,” tutup Ardi.
Sementara Prakirawan UPT Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Kelas I Kalimantan Selatan Yosef Prasetya menjelaskan, pada Bulan Agustus hingga Bulan September, merupakan puncak musim kemarau, dimana suhu maksimum bisa mencapai 33-34 derajat.
Adapun angin puting beliung diakuinya jarang terjadi pada musim kemarau.
“Angin puting beliung biasanya terjadi di musim pancaroba, jadi peluang terjadi di musim kemarau sangat kecil,” rinci Yosef.