Banua Tv, Bone Bolango – Upaya pelestarian burung maleo (Macrocephalon maleo) dan habitatnya di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Bone (TNBNW) menjadi salah satu elemen penting dalam memperkuat Geopark Gorontalo. Kawasan tersebut memiliki tiga unsur utama penyusun geopark, yaitu kekayaan geologi, keanekaragaman hayati, serta keunikan budaya masyarakat.
Di bentang alam TNBNW, fenomena panas bumi yang menyembur melalui rekahan batuan kapur menjadi faktor alam yang penting bagi siklus hidup maleo. Suhu panas tersebut menjadi “ibu” yang mengerami telur maleo selama 60 hari hingga menetas di dalam tanah.
Maleo, satwa endemik Sulawesi, menjadi ikon biodiversitas TNBNW dan termasuk unsur strategis dalam pengembangan Geopark Gorontalo. Di sisi lain, masyarakat Suwawa–Bone yang bermukim di kawasan itu juga menjadi penjaga ekosistem, hidup harmonis dengan alam sekaligus berperan aktif dalam konservasi.
Keterkaitan TNBNW dan penguatan Geopark Gorontalo dibahas dalam gelar wicara peringatan Hari Maleo Sedunia ke-5 yang berlangsung di Wadala Stable, kawasan Danau Perintis, Kabupaten Bone Bolango, Minggu (30/11/2025).
“Kami mengawali peringatan hari maleo dengan edukasi ke peserta Peran Saka Nasional beberapa waktu lalu,” kata Kepala SPTN 1 TNBNW, Hariadi Siswantoro.
Dalam gelar wicara bertema Harmoni di Lanskap Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Bone, hadir enam pembicara, yakni Kepala BPSDM Provinsi Gorontalo yang juga Direktur KDEKS, Budiyanto Sidiki; perwakilan Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Irwan Bempah; Kadis Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bone Bolango M. Yamin Husain; Kepala Seksi 1 TNBNW Hariadi Siswantoro; Ketua Prodi PWK UNG Sri Sutarni Arifin; dan Kepala LKBN Antara Biro Gorontalo Debby H. Mano.
Festival Maleo tahun ini melibatkan lebih banyak lembaga dan komunitas, mulai dari Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten, Balai TNBNW, Perkumpulan Biota, Wildlife Conservation Society (WCS), Prodi PWK UNG, KDEKS, Sekolah Brillikids, hingga Komunitas Masyarakat Berbahasa Bonda.
“Festival Maleo tahun ini diikuti banyak lembaga, ini menunjukkan semakin menarik perhatian masyarakat,” ujar Kepala Bidang Pariwisata Bone Bolango, Yudiawan Maksum.
Yudiawan menjelaskan, konsep festival tahun ini mengaitkan pelestarian satwa endemik Sulawesi dengan tradisi dan budaya masyarakat Bone–Suwawa. TNBNW sebagai habitat maleo juga merupakan ruang hidup yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat setempat.
“Dari gelar wicara ini kami mendorong adanya rekomendasi untuk para pihak yang terkait dengan konservasi maleo dan habitatnya,” tambah Budiyanto Sidiki.
Acara yang dipandu Rosyid Azhar dari Perkumpulan Biota ini diikuti puluhan mahasiswa dan tamu undangan, menandai semakin besarnya keterlibatan publik dalam upaya konservasi serta penguatan Geopark Gorontalo melalui pelestarian keanekaragaman hayati.


